A.
Pengertian Resensi
Secara etimologi, resensi berasal dari bahasa latin,
dari kata kerja revidere atau recensere yang memilik arti melihat
kembali, menimbang atau menilai. Dalam bahasa Belanda dikenal dengan recensie
sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonsia, resensi diartikan
sebagai pertimbangan atau pembicaraan tentang buku dan sebagainya. Secara garis
besar resensi diartikan sebagai kegiatan untuk mengulas atau menilai sebuah
hasil karya baik itu berupa buku, novel, maupun film dengan cara memaparkan
data-data, sinopsis, dan kritikan terhadap karya tersebut.
B.
Pengertian Resensi Menurut Pendapat Ahli
Berikut ini
adalah pengertin resensi menurut pendapat para ahli:
1. WJS.
Poerwadarminta (dalam Romli, 2003:75) mengemukakan bahwa resensi secara bahasa
sebagai pertimbangan atau perbincangan tentang sebuah buku yang menilai
kelebihan atau kekurangan buku tersebut, menarik-tidaknya tema dan isi buku,
kritikan, dan memberi dorongan kepada halayak tentang perlu tidaknya buku
tersebut dibaca dan dimiliki atau dibeli.
2. Menurut
Panuti Sudjiman (1984) resensi adalah hasil pembahasan dan penilaian yang
pendek tentang suatu karya tulis. Konteks ini memberi arti penilaian,
mengungkap secara sekilas, membahas, atau mengkritik buku.
3. Saryono
(1997:56) menjelaskan pengertian resensi sebagai sebuah tulisan berupa esay dan
bukan merupakan bagian suatu ulasan yang lebih besar mengenai sebuah buku.
Isinya adalah laporan, ulasan, dan pertimbangan baik-buruknya, kuat-lemahnya,
bermanfaat-tidaknya, benar-salahnya, argumentatif-tidaknya buku tersebut.
Tulisan tersebut didukung dengan ilustrasi buku yang diresensi, baik berupa
foto buku atau foto copi sampul buku.
C. Tujuan
Resensi
Adapun
penulisan resensi ditujukan dengan maksud sebagai berikut:
1. Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari sebuah buku atau hasil karya lainnya secara ringkas.
1. Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari sebuah buku atau hasil karya lainnya secara ringkas.
2.
Mengetahui kelebihan dan kelemahan buku yang diresensi.
3. Mengetahui
latar belakang dan alasan buku tersebut diterbitkan.
4. Menguji
kualitas buku dengan membandingkan terhadap karya dari penulis yang sama atau
penulis lainnya.
5. Memberi
masukan kepada penulis buku berupa kritik dan saran terhadap cara penulisan, isi,
dan substansi buku
D.
Jenis-jenis Resensi
Secara garis
besar resensi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Resensi Informatif, yaitu resensi yang hanya menyampaikan isi dari resensi secara singkat dan umum dari keseluruhan isi buku.
1. Resensi Informatif, yaitu resensi yang hanya menyampaikan isi dari resensi secara singkat dan umum dari keseluruhan isi buku.
2. Resensi
Deskriptif, yaitu resensi yang membahas secara detail pada tiap bagian atau
babnya.
3. Resensi
Kritis, yaitu resensi yang berbentuk ulasan detail dengan metodologi ilmu
pengetahuan tertentu. Isi dari resensi biasanya kritis dan objektif dalam
menilai isi buku.
Namun,
ketiga jenis resensi di atas tidak baku karena bisa saja dalam sebuah resensi
ketiganya diterapkan secara bersamaan.
E.
Unsur-unsur Resensi
Dalam
membuat resensi, terdapat unsure-unsur yang harus dipenuhi agar resensi yang
dibuat menjadi jelas dan berkualitas. Berikut ini adalah beberapa unsur yang
harus ada dalam pembuatan resensi.
1. Judul
resensi
Judul
resensi harus memiliki keselarasan dengan isi resensi yang dibuat. Judul yang
menarik juga akan memberi nilai lebih pada sebuah resensi.
2. Menyusun
data buku
Penyusunan
data buku dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Judul
buku;
b.
Pengarang;
c. Penerbit;
d. Tahun
terbit beserta cetakannya;
e. Dimensi
buku;
f. Harga
buku;
3. Isi
resensi buku
Isi resensi
buku memuat tentang sinopsis, ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya,
keunggulan dan kelemahan buku, rumusan kerangka buku dan penggunan bahasa.
4. Penutup
resensi buku
Pada bagian
penutup biasanya berisi alasan kenapa buku tersebut ditulis dan kepada siapa
buku tersebut ditujukan.
Unsur-unsur Resensi
Didalam
sebuah resensi karya sastra terdapat dua macam unsur, yaitu:
- Unsur Intrinsik
yaitu unsur yang membangun cerita karya sastra yang berasal dari dalam.
- Unsur Ekstrinsik
yaitu unsur yang membangun cerita karya sastra yang berasal dari luar (kebalikan dari unsur intrinsik).
Unsur Intrinsik
- Tokoh
Tokoh
ialah Individu yang mengalami berbagai peristiwa didalam cerita. Jika dilihat
dari peran tokoh dalam pengembangan plot dapat dibedakan menjadi tokoh utama
dan tokoh pembantu, sedangkan jika dilihat dari fungsi penampilan tokoh dapat
pula dibedakan kedalam tokoh protagonis dan tokoh antagonis.
- Tokoh Protagonis ialah tokoh yang memiliki
watak tertentu dalam segi kebenaran (baik hati, jujur, setia, dll)
- Tokoh Antagonis ialah tokoh yang memiliki
watak bertentangan dengan tokoh protagonis.
- Tokoh Tritagonis ialah tokoh yang selalu
menjadi penengah, dan sering dimunculkan sebagai tokoh/orang ketiga.
- Tokoh Pembantu/peran pembantu/figuran ialah
tokoh yang membantu cerita tokoh utama, posisinya bisa sebagai seorang
pahlawan ataupun sebagai penentang tokoh utama.
- Penokohan/Perwatakan
Yang
dimaksud dengan penokohan ialah penggambaran tentang watak tokoh dalam suatu
cerita karya sastra. Ada 3 cara yang dapata dilakukan untuk menggambarkan watak
tokoh dalam cerita karya sastra, yaitu:
- Campuran
ialah penggambaran watak tokoh melalui penggabungan cara analitik dan
dramatik dengan tujuan untuk saling melengkapi.
- Analitik
cara ini dilakukan pengarang untuk menggambarkan watak tokoh secara
langsung. Contok: Siapa yang tidak mengenal Didi yang pintar dan selalu
ceria. Meskipun secara fisik terlihat pendek namun sosoknya yang ramah dan
baik hati kepada teman-temannya membuat dirinya menjadi panutan.
- Dramatik
ialah cara pengarang untuk menggambarkan tokoh utama secara tersurat,
dengan kata lain tidak langsung. Penokohan cara ini bisa melalui
penggambaran tempat tinggal, percakapan/dialog antar tokoh, fisik, tingkah
laku, komentar tokoh lain terhadap tokoh tertentu dan jalan pikiran tokoh.
Dibawah
ini contoh paragraf yang menggambarkan tokoh dengan cara dramatik:
Penggambaran Tokoh Melalui Jalan Pikiran Tokoh.
Contoh :
Tatkala aku masuk sekolah MULO, demikian fasih lidahku dalam Bahasa
Belanda sehingga orang yang hanya mendengarkanku berbicara dan tidak melihat
aku, mengira bahwa aku anak Belanda. Aku pun bertambah lama bertambah percaya
pula bahwa aku anak Belanda, sungguh hari-hari ini makin ditebalkan pula oleh
tingkah laku orang tuaku yang berupaya sepenuh daya menyesuaikan diri dengan
langgam lenggok orang Belanda.
Penggambaran Tokoh Melalui Tingkah Laku/Perilaku Tokoh.
Contoh :
Di siang yang terik itu dia berjalan sendiri. Dengan gontai ia gendong
tas itu. Sesekali terlihat bahwa ia menegur dan bahkan bertanya kepada orang
yang dilaluinya. Setiap selesai ia bertanya, ia selalu menganggukkan kepalanya
sebagai tanda terima kasih.
Penggambaran Tokoh Melalui Dialog Antar Tokoh.
Contoh :
“Kupukul kau kalau tidak mau mengaku. Dengan cara apa lagi aku
mendapatkan pengakuanmu.” …………….
- Tema
Tema
ialah suatu unsur dalam karya sastra yang menjadi pokok masalah/pokok pikiran
dari pengarang melalui karyanya (jalan cerita).
- Plot / Alur
Plot atau
alur ialah jalan cerita atau rangkaian peristiwa dari awal sampai akhir.
Rangkaian peristiwa ini disusun berdasarkan hukum kausalitas (hubungan yang
menunjukkan sebab-akibat). Berdasarkan hubungan tersebut setiap cerita memiliki
plot/alur cerita sebagai berikut :
- Tahapan perkenalan ialah tahap dimana
permulaan suatu cerita dimulai dengan suatu kejadian, tetapi belum ada
ketegangan. Di tahap ini berisi pengenalan tokoh, reaksi antar pelaku,
penggambaran fisik dan penggambaran tempat).
- Menuju ketahap pertikaian ialah tahap dimana
terjadinya pertentangan antar pelaku (awal mula pertentangan selanjutnya).
Konflik dapat dibagi menjadi 2, yaitu: a). Konflik Internal ialah konflik
yang terjadi dalam diri sang tokoh. b). Konflik Eksternal ialah konflik
yang terjadi dari luar diri tokoh (konflik tokoh dengan tokoh, tokoh
dengan lingkungan, tokoh dengan tuhan, dll).
- Komplikasi/tahap penanjakan konflik,
ketegangan dirasakan mulai semakin berkembang dan rumit terjadi pada tahap
ini (nasib pelaku semakin sulit diduga).
- Klimaks merupakan ketegangan yang semakin
memuncak (perubahan nasib pelaku sudah mulai dapat diduga, kadang pula
tidak terbukti pada akhir cerita).
- Penyelesaian, tahap akhir cerita pada bagian
ini terdapat penjelasan mengenai nasib-nasib yang dialami para tokoh dalam
cerita setelah mengalami konflik dalam cerita. Beberapa cerita terkadang
menyerahkan penyelasaian kepada pembaca, sehingga akhir cerita seperti ini
tak ada penyelesaian atau menggantung.
Plot
dapat dibedakan menjadi dua macam jika dilihat dari segi keeratan hubungan
antar peristiwa, yaitu:
- Plot Erat yaitu sebuah cerita yang memiliki
plot erat jika hubungan antar peristiwa terjalin dengan rapat, sehingga
tak ada satu peristiwa pun yang dapat dihilangkan.
- Plot Longgar yaitu jika hubungan antar
peristiwa terjalin kurang erat dan jika ada salah satu jalan cerita yang
dihilangkan maka penghilangan jalan cerita tersebut tidak akan mengganggu
jalan cerita.
Berdasarkan
jalan cerita plot dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
- Plot Ledakan yaitu plot yang akhir ceritanya
mengejutkan dan tak terduga-duga.
- Plot Lembut yaitu plot yang akhir ceritanya
berakhir tanpa adanya kejutan.
- Plot Campuran yaitu plot yang akhir cerita
menggabungkan kedua plot sebelumnya (ledakan & lembbut).
Berdasarkan
rangkaian peristiwanya plot dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
- Plot Maju, yaitu rangkaian peristiwa yang
diceritakan mulai dari awal hingga akhir cerita.
- Plot Mundur/sorot balik/flash back, yaitu
peristiwa-perisiwa yang menjadi bagian penutup diutarakan terlebih dahulu,
baru menceritakan peristiwa-peristiwa pokok sebagai kenangan/masa lalau
sang tokoh.
- Plot Campuran, yaitu peristiwa-peristiwa pokok
diceritakan diawal lalu dilanjutkan dengan menceritakan
peristiwa-peristiwa lama/ masa lalu tokoh sebagai sebuah kenangan, dan
diakhiri dengan peristiwa-peristiwa pokok(masa kini).
Plot yang
dilihat dari segi sifatnya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
- Plot Terbuka, yaitu akhir cerita yang dapat
merangsang pembaca untuk mengembangkan jalan cerita.
- Plot Tertutup, yaitu akhir cerita yang tidak
dapat merangsang pembaca untuk mengembangkan jalan cerita.
- Plot Campuran, yaitu penggabungan antara plot
terbuka dan plot tertutup.
- Gaya Bahasa
Gaya
bahasa ialah cara pengarang dalam mengungkapkan ide/gagasan melalui cerita.
- Sudut Pandang/Point Of View
Sudut
pandang ialah posisi pengarang dalam sebuah cerita atau karya sastra. Posisi
pengarang ini terbagi menjadi 2, yaitu:
- Pengarang berperan langsung sebagai tokoh
utama.
- Pengarang hanya sebagai orang ketiga yang
posisinya sebagai pengamat.
- Amanat
Amanat
ialah pesan/kesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui jalan cerita.
Pesan dalam karya sastra bisa berupa, kritik, saran, harapan, usul, dll.
- Latar/Setting
Latar
ialah tempat dimana terjadinya kejadian/peristiwa dan waktu terjadinya sebuah
peristiwa, latar juga menjelaskan segala keterangan waktu, ruang, dan suasana
terjadinya peristiwa dakam plot cerita. Latar terbagi lagi menjadi beberapa
unsur seperti dibawah ini:
- Latar Tempat ialah latar yang mengacu pada
lokasi terjadinya peristiwa dalam novel. Contoh: Kota, Pedesaan, dll.
- Latar Waktu ialah latar yang berhubungan
dengan masalah kapan terjadinya peristiwa. Contoh: masa kini, masa lalu,
dll.
- Latar Sosial ialah latar yang mengacu pada
hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat.
Contoh: Kesederhanaan, keramahan, dll.
Di dalam
karya sastra, latar berfungsi sebagai:
- Atmosfer atau Suasana merupakan latar yang
lebih mudah dibicarakan daripada didefinisikan. Latar ini semacam aura
rasa dan emosi yang ditimbulkan penulis melalui tulisannya, agar membantu
terciptanya ekspektasi pembaca.
- Latar Tempat sebagai Elemen Dominan, latar
tempat memiliki peran penting dalam karya sastra. Latar tempat menjadi
unsur netral atau spiritual dalam sebuah tempat tertentu. Termasuk dalam
fiksi jenis ini: Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang berbicara tentang
Belitong pada zaman Orde Baru.
- Latar Waktu sebagai Elemen Dominan, dalam
karya sastra ada yang menggunakan elemen waktu sebagai unsur yang dominan.
Fungsi latar ini terjadi terutama pada karya sastra yang berlatar sejarah.
Tidak hanya waktu yang menjadi unsur utama yang terlibat. Ada unsur-unsur
nilai dalam waktu, misalnya unsur nilai dalam masa kemerdekaan, masa Orde
Baru, dsb.
- Metafora, artinya jika latar spiritual ialah
unsur latar yang secara spiritual memberi efek nilai pada karya sastra,
maka fungsi latar ini adalah fungsi eksternal yang tidak secara langsung
(eksplisit) berpengaruh pada cerita. Sebagai metafora, latar menghadirkan suasana
yang secara tidak langsung menggambarkan nasib tokoh.
Contoh:
Pohon-pohon kelapa itu tumbuh di tanah lereng di antara pepohonan lain
yang rapat dan rimbun. Kemiringan lereng membuat pemandangan seberang lembah
itu seperti lukisan alam gaya klasik Bali yang terpapar di dinding langit.
Selain pohon kelapa yang memberi kesan lembut, batang sengon yang lurus dan
langsing menjadi garis-garis tegak berwarna putih dan kuat. Ada beberapa pohon
aren dengan daun mudanya yang mulai mekar; kuning dan segar. Ada pucuk pohon
jengkol yang berwarna coklat kemerahan, ada bunga bungur yang ungu berdekatan
dengan pohon dadap dengan kembangnya yang benar-benar merah. Dan batang-batang
jambe rowe, sejenis pinang dengan buahnya yang bulat dan lebih besar, memberi
kesan purba pada lukisan yang terpajang di sana. Dalam sapuan hujan panorama di
seberang lembah itu terlihat agak samar. Namun cuaca pada musim pancaroba
sering kali mendadak berubah. Lihatlah, sementara hujan tetap turun dan angin
makin kencang bertiup tiba-tiba awan tersibak dan sinar matahari langsung
menerpa dari barat. Pohon-pohon kelapa digambarkan dengan indah dalam sebuah
ekosistem yang padu. Namun kemudian digambarkan dalam suasana yang mengerikan
dengan keadaan yang tidak menentu. Sekilas latar ini hanya latar netral yang
tidak melambangkan apa-apa. Kemudian diketahui bahwa tokoh utama Lasi yang
hidupnya bahagia dalam kesederhanaan mulai masuk dalam ketidakpastian setelah
kecelakaan yang menimpa Darsa.
Unsur Ekstrinsik
- Latar belakang kehidupan pengarang.
- Pandangan hidup pengarang.
- Situasi sosial, Budaya yang melatarbelakangi
lahirnya karya sastra tersebut.
Beberapa Hal yang Terdapat
Dalam Resensi
Dibawah ini terdapat beberapa hal yang terdapat di dalam sebuah resensi
karya sastra :
- Judul Resensi
- Data/Identitas Karya Sastra
- Isi Resensi
- Kekurangan & Kelebihan
- Penutup
Terdapat perbedaan saat pemuatan data/identitas karya sastra yang
diresensi, seperti pada resensi buku data yang tercantum ialah seperti berikut
ini: judul buku, penulis & penerjemah (jika buku itu berupa
terjemahan dari bahasa asing), nama penerbit, cetakan, tahun
terbit, tebal buku & jumlah halaman. Pada drama/film maka data
untuk resensinya adalah berupa: judul drama/film, penulis, sutradara,
genre, pemain, penyunting & penerjemah, tahun terbit,
penerbit.
Contoh Resensi Buku Fiksi
Indonesia
- Identitas Buku
Judul
: ATHEIS
Pengarang
: Achdiat K. Mihardja
Penerbit
: Balai Pustaka
Tahun
terbit : cetakan pertama 1949
Tebal
halaman : 232 halaman
Ukuran
buku : 13,5 x 20 cm
ISBN
: BP - 0080
Harga :
Rp 45.000,00
- Tema
Cerita
tentang kegoncangan jiwa seorang pemuda yang sebelumnya sangat taat beragama,
namun karena keluguannya, ia terpengaruh pemikiran kaum materialistis atau
falsafah kebendaan sehingga ia kehilangan keyakinan akan ketuhanan dan ia mulai
rneninggalkan norma-norma agama.
- Pembukaan
Atheis
adalah buku novel karya Achdiat Karta Mihardja tahun 1949 yang menceritakan
tentang perjalanan hidup seseorang, dimana dari kecil dididik menjadi anak yang
saleh. Tetapi ketika ia menginjak usia pertengahannya, karena jauh dari orang
tuanya, dia mengalami kemerosotan. Akibatnya dia menjadi seperti orang atheis
yang lupa segalagalanya. Semua itu berawal dari pertemuannya dengan seorang
gadis yang kemudian menjadikan hatinya yang keras dan saleh itu, menjadi
berhati lemah dan lupa segala-galanya. Achdiat Karta Mihardja (lahir di Cibatu,
Garut, Jawa Barat, 6 Maret 1911). Berpendidikan AMS-A Solo dan Fakultas Sastra
dan Filsafat UI. beliau pernah bekerja sebagai guru Taman Siswa, redaktur Balai
Pustaka, Kepala Jawatan Kebudayaan Perwakilan Jakarta Raya, dosen Fakultas
Sastra UI (1956-1961), dan sejak 1961 hingga pensiun dosen kesusastraan
Indonesia pada Australian National University, Canberra, Australia. Achdiat
juga pernah menjadi redaktur harian Bintang Timur dan majalah Gelombang Zaman
(Garut), Spektra, Pujangga Baru, Konfrontasi, dan Indonesia. Di samping itu,
beliau pernah menjadi Ketua PEN Club Indonesia, Wakil Ketua Organisasi
Pengarang Indonesia, anggota BMKN, angggota Partai Sosialis Indonesia, dan wakil
Indonesia dalam Kongres PEN Club Internasional di Lausanne, Swiss (1951).
Kumpulan cerpennya, Keretakan dan Ketegangan (1956) mendapat Hadiah Sastra BMKN
tahun 1957 dan novelnya, Atheis (1949) memperoleh Hadiah Tahunan Pemerintah RI
tahun 1969 (R.J. Maguire menerjemahkan novel ini ke bahasa Inggris tahun 1972)
dan Sjuman Djaya mengangkatnya pula ke layar perak tahun 1974) dengan judul
yang sama.
- Isi
Hasan
adalah seorang pemeluk Islam yang taat beribadah, begitu juga dengan orang
tuanya adalah pemeluk Islam yang fanatic. Oleh orang tuanya Hasan disekolahkan
di MULO. Di sekolah itu dia bertemu dengan seorang gadis cantik yang bernama
Rukmini. Hubungan keduanya semakin akrab hingga akhirnya mereka saling jatuh
cinta. Rupanya kisah cinta mereka tidak bisa berlangsung lama, oleh orang
tuanya, Rukmini disuruh kembali ke Jakarta karena akan dipinang oleh seorang
saudagar kaya. Karena Rukmini adalah anak yang berbakti pada orang tuanya,
sudah sepantasnya membahagiakan keduanya, ia lalu menuruti nasihat orang tuanya
dengan menerima pinangan saudagar kaya tersebut meski pernikahan itu tidak
disertai rasa cinta.
Kejadian
itu membuat hati Hasan hancur. Ia menjadi frustasi, untuk menghilangkan
bayangan Rukmini dari hidupnya, ia mengikuti aliran tarekat seperti yang telah
lama dianut orang tuanya. Walaupun dalam masa sulit, Hasan tdak meninggalkan
ajaran agama, bahkan ia semakin taat beribadah, tetapi kehidupanya berubah
ketika dia bertemu teman lamanya, yaitu Rusli. Rusli datang bersama seorang
wanita cantik bernama Kartini. Ia adalah perempuan modern dan pergaulanya
bebas. Ia juga seorang janda. Ternyata sejak perjumpaan itu, Hasan menaruh hati
pada Kartini, alasanya Kartini memiliki karakter yang hampir sama dengan
Rukmini. Semenjak Hasan mencintai Kartini, dia pun juga bergaul dengan
teman-teman Kartini. Karena memiliki dasar agama yang kuat. Hasan mencoba untuk
menyadarkan Kartini dan Rusli dengan memberikan ceramah-ceramahnya, tetapi
karena Rusli juga pandai bicara.
Kemudian
dialah yang berbalik menasihati Rusli. Tanpa disadari, pemikiran-pemikiran
Rusli ternyata melekat di kepala Hasan. Mulanya, Hasan tidak terpengaruh. Namun
keyakinanya mulai goyah ketika dia dikenalkan dengan seorang yang tidak percaya
Tuhan, yaitu Anwar. Pengetahuan Anwar tentang ketuhanan begitu luas. Sejak saat
itulah pemahaman Hasan tentang agama mulai berubah. Ia mulai meragukan
keberadaan Tuhan. Hasan semakin tersesat dari agama, pergaulanya semakin bebas.
Ia kemudian menikahi Kartini, tetapi pernikahan itu tidak diakui secara Islam
karena tidak sesuai dengan syariatnya. Pernikahan mereka didasarkan atas rasa
suka sama suka. Pernikahan mereka ternyata tidak bahagia, kehidupan rumah
tangga mereka berantakan. Pergaulan Kartini semakin bebas. Lama-kelamaan Hasan
cemburu karena hubungan Kartini dengan Anwar semakin dekat. Hasan menganggap
Kartini telah selingkuh, tetapi kejadian itu telah menyadarkan kembali Hasan
tentang agama. Ia menyesal dan merasa berdosa atas apa yang telah diperbuat.
Pergaulan bebasnya dengan teman-teman yang tidak percaya Tuhan membuatnya
tersesat dan ragu dengan keberadaan Tuhan.
Hasan
memutuskan bercerai dengan Kartini dan ia pun pulang ke kampung halamana. Ia
ingin meminta maaf pada ayahnya. Sesampainya di kampung, ia menjumpai ayahnya
sedang sakit keras. Ternyata ayahnya tidak mau memaafkan Hasan, bahkan sampai
maut menjemputnya, ayah Hasan tetap berada pada pendirianya. Hasan merasa bahwa
semua itu terjadi karena perbuatan Anwar. Ia dendam pada Anwar dan berniat
ingin membunuhnya. Suatu malam, ia berencana ingin membunuh Anwar, kemudian ia
mencari Anwar. Karena pada waktu itu situasi sedang tidak aman, maka
diberlakukan jam malam. Namun, naas menimpa Hasan, belum sempat ia membunuh
Anwar, ia malah tertembak peluru di punggungnya, tetapi sebelum meninggal, ia
masih sempat mengingat Allah dengan berkalikali menyebut asma-Nya.
- Tokoh & Penokohan
- Hasan, seorang pemuda desa,yang awalnya sangat
taat beragama. Namun, karena pengaruh pergaulan dengan orang-orang aliran
materialisme, atau aliran kebendaan, dia mengalami goncangan jiwa.
Keyakinannya terhadap Tuhan menjadi lemah.
- Rusli, salah seorang teman akrab Hasan. Dia
beraliran materialisme sejati. Dialah yang sangat berperan dalam
mempengaruhi pikiran-pikiran Hasan dalam hal filsafah kebendaan dan
mempertanyakan keberadaan Tuhan.
- Orang tua Hasan , orang tua yang taat
beragama. Mereka adalah pengikut suatu aliran tarekat tertentu.
- Rukmini , seorang gadis baik-baik yang sangat
dicintai Hasan. Dia kemudian menikah dengan seorang saudagar dari Jakarta.
- Kartini , seorang perempuan khas kota besar
yang modern, bergaul bebas. Dia kemudian menjadi kekasih Hasan.
- Anwar , seorang penganut aliran materialisme
sejati. Dia sangat anarkis atau tidak percaya dengan keberadaan Tuhan.
Dialah yang berhasil mempengaruhi pikiran Hasan.
- Setting/Latar
Latar di
pedesaan sangat mendukung karakter tokoh utamanya karena pada umumnya
lingkungan di daerah pedesaan sangat penuh dengan nilai-nilai ajaran agama dan
adatistiadatnya masih kental dengan nilai-nilai agama serta kepolosan orang
desa yang mudah terpengaruh dan dibujuk terhadap sesuatu hal yang baru
dicerminkan dengan sangat bagus oleh penulis pada tokoh Hasan.
- Nilai-nilai Dalam Novel Atheis
- Nilai moral yang dapat kita ambil dari novel
ini seperti yang diperlihatkan dalam tokoh Hasan. Dia adalah seorang anak
yang sejak kecil telah belajar agama dan bersasal dari orang tua yang taat
beribadah pula, tetapi setelah Rukmini meninggalkanya dia menjadi orang
yang mengasingkan diri hingga pada akhirnya dia menemukan seseorang yang
mempunyai karakter sama dengan Rukmini, yaitu Kartini. Mereka lalu
menikah, tetapi dalam kehidupan rumah tangganya tidak pernah bahagia
karena Kartini adalah orang yang bebas dan mempunyai pergaulan bebas.
Sementara Hasan sudah terlanjur mengingkari ajaran agama dan tidak
mengakui keberadaan Tuhan, tetapi dalam kejadian itu dia mulai sadar bahwa
apa yang dilakukanya selama ini salah sehingga dia memutuskan untuk
bercerai dengan Kartini dan pulang ke kampungnya untuk bertobat dan
meminta maaf kepada ayahnya Kejadian tersebut mengajarkan pada kita bahwa
kita harus pandai bergaul dengan orang lain dan jangan sampai kita salah
pergaulan hingga pada akhirnya kita malah tersesat bahkan sampai
mengingkari ajaran agama serta kita harus senantiasa berpegang teguh pada
agama dan selalu meyakini dengan keberadaan Tuhan Semesta Alam. Nilai
moral yang kedua adalah hendaknya kita mau memafkan kesalahan orang lain
yang sudah bertobat. Jangan seperti tokoh ayah Hasan yang tidak mau
memafkan kesalahan anaknya bahkan sampai ajal menjemputnya Manusia adalah
tempat salah dan lupa. Setiap manusia pasti mempunyai kesalahan, tetapi
suatu saat juga akan kembali ke jalan yang benar. Jika Tuhan saja maha
pengampun, pengasih, dan penyayang, mengapa manusia tidak bisa, apalagi
demi memaafkan anaknya sendiri.
- Novel ini sangat berpengaruh terhadap
perkembangan sastra Indonesia, karena kedudukanya dalam sastra Indonesia sangat
penting, maka studi tentang penelitian novel ini masih sering dilakukan
oleh para sarjana maupun peneliti, baik dalam bentuk buku, skripsi,
artikel, dan bentuk karya yang lain.
- Kelebihan & Kekurangan
Kelebihan :
1. Bahasa yang digunakan dalam novel ini mudah dipahami dan dimengerti oleh
pembaca.
2. Novel ini menggunakan tiga sudut pandang sekaligus yang jarang dilakukan
oleh penulis lainnya.
3. Keseluruhan unsur tersebut sangat mendukung tema dan alur penceritaan
tentang kepercayaan dan kesadaran diri tentang agama
Kekurangan :
1. Terlalu mahal untuk Novel seukuran seperti itu.
2. Bukunya sudah tidak terbit lagi, dan sekarang bukunya pun sangatlah tua
jika itu ada.
- Penutup
Novel
Atheis Karya Achdiat Karta Mihardja, bila dilihat dari segi manfaatnya isi
novel memang sangatlah bagus. Cerita - cerita yang religius dan mendidik akan
menambah kekhasan dari buku ini. Namun Novel ini mungkin sudah tidak ada
keberadaannya, sulit mencari karena sudah sangat lama.
salam saja
BalasHapusNice, ulasan yg bagus
BalasHapusResensi yang menarik untuk dibaca.
BalasHapusyang mana ky yg bisa di bantu
BalasHapusBorgata Hotel Casino & Spa - MapYRO
BalasHapusThe Borgata Hotel Casino & Spa in 평택 출장안마 Atlantic 세종특별자치 출장마사지 City is a luxury hotel and casino located on the waterfront in Renaissance Pointe, New Jersey. The resort features Rating: 순천 출장마사지 8.3/10 · 안동 출장마사지 14 경상남도 출장마사지 votes