RESENSI FILM FETIH 1453

Fetih 1453 adalah film buatan Turki yang disutradari oleh Faruk Aksoy. Film ini diluncurkan serentak di berbagai belahan dunia pada tanggal 16 Februari 2012.

Materi Badaruddin (KALIMAT EFEKTIF)

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat.

Materi M. Rizky Rusdianto (RESENSI)

Secara garis besar resensi diartikan sebagai kegiatan untuk mengulas atau menilai sebuah hasil karya baik itu berupa buku, novel, maupun film dengan cara memaparkan data-data, sinopsis, dan kritikan terhadap karya tersebut.

Jumat, 06 Juni 2014

RESENSI FILM FETIH 1453

Penaklukan Kota Konstantinopel : Battle of Empires

Data Identitas Film
Judul                   : Fetih 1453
Jenis Film            : Epik
Produser             : Faruk Aksoy
                             Servet Aksoy
                             Ayse Germen
Sutradara            : Faruk Aksoy
Penulis Naskah   : Atilla Engin
Penyunting          : Erkan Ozekan
Musik                 : Benjamin Wallfisch
Durasi Film         : 2 Jam 36 Menit
Perusahaan Film : Aksoy Film Production
Diputar               : Mulai 16 Februari 2012 di seluruh bioskop

Pemeran Film Fetih 1453
Devrim Evin sebagai Sultan Al-Fatih
Ibrahim Celikkoi sebagai Ulubatli Hasan
Dilek Serbes sebagai Era
Recep Atug sebagai Constantine XI
Cengiz Coskun sebagai Sovalye Guistiniani
Erden Alkan Sebagai Candarli Halil Pasa
Naci Adiguzel sebagai Granduk Notaras
Erdogan Aydemir sebagai Urban Usta
Raif Hikmet Cam sebagai Aksemseddin Hz
Sahika Koldemir sebagai Gulbahar Hatun
Izzet Civril sebagai Kardinal Isidor
Adnan Kurtcu sebagai Papa Genadius
Sedat Mert sebagai Zaganos Pasa

Pendahuluan
Fetih 1453 adalah film buatan Turki yang disutradari oleh Faruk Aksoy. Film ini diluncurkan serentak di berbagai belahan dunia pada tanggal 16 Februari 2012. Momen ini diriwayatkannya dari sebuah hadits dan dijadikan pembuka alur cerita, sekaligus mengisyaratkan bahwa keseluruhan visualisasi yang disajikan adalah bentuk adaptasi dari kisah nyata yang terjadi ratusan tahun silam. Saat itu, tentara kesultanan Usmani di bawah komando langsung dari sang Sultan Muhammad II mampu menaklukkan kota dengan pertahanan terbaik di dunia, yakni Konstantinopel.

Isi
Film ini diawali sebuah gambaran Madinah pada tahun 627 H, saat Rasulullah mengeluarkan sebuah hadist yang berbunyi, Beliau bersabda “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.”  [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335].

Pada saat Mehmed II dilahirkan, yang diberikan kemulian untuk menjadi penakluk di usia 21 tahun, banyak keajaiban yang terjadi. Banyak kuda yang melahirkan bayi kembar, hasil bercocok tanam dipanen empat kali dalam setahun, cabang-cabang melengkung hingga ke tanah karena berbuah banyak. Komet pun terlihat didaerah Konstantinopel ditahun yang sama pada siang hari, yang diramalkan sebagai petanda bahwa tembok pertahanan kota akan runtuh.

Pada tanggal 29 Maret 1432 M di kota Edirne, Turki lahirlah anak dari sultan Murad II. Beliau memberikan nama Mehmed (Muhammad Al-Fatih) sebagai penghormatan kepada Rasulullah SAW. Di film tersebut digambarkan Sultan Murad II dikabari tentang kelahiran anaknya saat ia sedang membaca Al Qur'an surat Al Fath.

Sultan Mehmed masih berusia 12 tahun saat dia naik tahta. Ini dikarenakan Sultan Murad II, yang tak mampu menyelesaikan perang dingin antara para Penasehat dan Pemberontaknya, memutuskan menyerahkan tahtanya kepada putranya Mehmed setelah kematian putranya Aladdin yang tak disangka-sangka. Namun, Perdana Menteri Halil Pasha membuat Sultan Murad II kembali berkuasa sebab adanya kemungkinan ancaman dari tentera salib lainnya. Dan Mehmed dikirim ke Saruhan Sancagi.

Pada saat Sultan Murad II meninggal dunia Sultan Mehmed dipanggil kembali ke Edirne untuk menaiki tahta kembali. Saat Sultan Mehmed sampai di Edirne, beliau langsung ke tempat jasad Ayahandanya mencurahkan segala isi hatinya dan kecintaannya terhadap sang Ayah yang selama hidupnya tidak pernah memperhatikannya. Sultan Mehmed juga bersumpah didepan jasad ayahnya bahwa beliau akan menaklukkan kota Konstantinopel. Berita wafatnya Sultan Murad II akhirnya sampai kepada Kaisar Konstantipel. Kaisar Konstantinopel menyambut gembira wafatnya Sultan Murad II beserta dengan para penasetnya. Akan tetapi, salah satu penasehat Kaisar Adipati Notaras malah merasa takut karena Sultan Mehmed mempelajari ilmu ketentaraan, ilmu teknik, sains, matematika, dan bahasa Konstantinopel hanya untuk menaklukkan kota Konstantinopel. Berita wafatnya Sultan Murad II juga sampai kepada Raja Paus dan kerajaan kristen lainnya.

Di awal masa pemerintahan kedua Sultan Mehmed, banyak penduduk yang meragukan kepemimpinan Beliau. Kerena sebelumnya Beliau pernah digulingkan dari kekuasaanya serta beliau mengangkat Halil Pasha sebagai Perdana Menterinya, orang yang telah menggulingkannya dari tahta. Ini memberi kabar gembira kepada para pemberontak untuk menggulinggangkan kerajaan Ustmaniyah dan menghabisi Bani Ustman.

Pada saat beliau lagi mengadakan rapat dengan penasehatnya datang utusan dari Kaisar Konstantinopel mengirim surat perdamaian dan menunjukkan Pangeran Orhan sebagai calon Raja dan juga menaikkan tunjangan sebanyak 300,000 koin. Beliau berjanji akan membalas surat tersebut dan menerima perjanjian damai dari Kaisar Konstantinopel. Sultan Mehmed juga menyuruh Halil Pasha untuk mengirimkan perjanjian damai kepada Raja Roman, Hungaria, Polandia dan Raja Serbia serta Paus. Namun hal ini tidak disetuju oleh Zaganos Pasha. Akan tetapi, Sultan Mehmed menjelaskan itu adalah sebagai langkah awal untuk menaklukkan kota Konstantinopel.

Pada suatu malam Sultan Mehmed mimpi bertemu dengan Ustman(Nenek moyangnya). Dalam mimpi tersebut Utsman berpesan bahwa Sultan Mehmed lah yang akan membuat kekaisaran Turki menjadi lebih besar serta Beliau lah pemimpin yang telah diramalkan Rasul untuk menaklukkan kota Konstantinopel. Setelah mendapat mimpi itu sultan Mehmed langsung mengutarakan rencananya kepada para penasehatnya untuk membuat 100 kapal dalam setahun dan 3 meriam raksasa. Beliau juga meminta Halil Pasha untuk melaporkan status persenjataan dan amunisi dari Yanissari. Mendengar berita tersebut Halil Pasha menyatakan keberatan. Menurut Halil Pasha rencana tersebut hanya akan membuat kekuasaan semakin menyusut. Namun sanggahan tersebut ditolak mentah oleh Sultan Mehmed karena menurut Beliau “hidup untuk mencatatkan sejarah, bukan untuk menjadi seorang pengecut.”

Di pelabuhan Genoa, Itali. Diceritakan Era(pemanis cerita dalam film ini) menolak lamaran dari Guistiniani ditempat itu. Era pun kembali ke tempat ayah angkatnya (Urban). Didalam perjalanan pulang, Era pertama kalinya bertemu dengan Hasan saat menyelematkan anak kecil yang mencuri buah apel. Sesampainya dirumah, Ia pun menyampaikan kepada ayahnya bahwa Adipati Notaras menolak rancangan katrolnya tetapi menginginkan Urban untuk membuatkan meriam untuknya, namun Urban menolak.

Dikisahkan Hasan bertemu dengan seorang pelayan istana Kaisar Konstantinopel, pelayan istana memberitahukan Hasan bahwa malamnya akan ada acara makan malam di Istana Konstantinopel yang dihadiri oleh Pangeran Orhan. Dalam acara tersebut, kaisar Konstantinopel membahas tentang cara untuk membantu Karamanoglu Ibrahim yang sedang dalam persiapan perang melawan pasukan sultan Mehmed. Perbicaraan tersebut didengar oleh pelayan istana teman Hasan. Karamanoglu Ibrahim menyerah sebelum terjadinya peperangan karena surat dukungan yang dikirimkan Orhan kepadanya, berhasil direbut oleh Hasan. Didalam Surat tersebut tertulis Halil Pasha mendukung Ibrahim.

Sultan Mehmed ingin melepas pengaruh Halil Pasha dari pengaruh tentaranya yang sekarang posisinya tersudut karena surat tersebut. Dalam perjalanan pulang beberapa tentara ditanya kesetiannya meski mereka bukan musuh. Namun Sultan Mehmed memanfaatkan peluang ini. Dengan dalih menghukum pasukan yang lalai dengan tugasnya.

Pada tahun 1452 M Sultan Mehmed mulai membangun benteng di Bogazkesen untuk mencegat semua bantuan yang datang dari laut hitam untuk Konstantinopel. Kabar mengenai pembangunan benteng pun akhirnya diketahui kaisar Konstantinopel beserta kerajaan kristen lainnya. Mereka berencana membentuk tentara yang tangguh untuk mengurungkan niat Sultan Mehmed. Namun ketika itu kondisi Perancis dan Inggris saling berperang sedangkan Jerman sedang menghadapi konflik internal negaranya. Kondisi mereka tertekan. Tidak ada pilihan lain kecuali penggabungan gereja Orthodoks terhadap Katolik. Selain itu, kaisar Konstantinopel memerintahkan Adipati Notaras untuk menyuruh Urban membuatkannya meriam besar namun Urban menolak dan Ia diancam dibunuh dan berhasil diselamatkan oleh Hasan. Sebagai tanda jasa, Urban memenuhi permintaan sultan Mehmed untuk membuat meriam raksasa yang belum pernah ada sepanjang sejarah.

Pada 1452 kapal dagang Genoa ditenggelamkan oleh pasukan Sultan Mehmed di Bogazkesen. Hal ini membuat kaisar Genoa murka dan mengirim tentara bantuan ke Konstantinopel yang dipimpin oleh Giustiniani dengan melewati laut yang dibantu oleh Paus untuk membantu melawan serangan dari tentara Sultan Mehmed.

Setelah semua perlengkapan sudah siap, Sultan Mehmed mengatur segera mengatur strategi perang termasuk dengan mengirimkan hadiah kepada kaisar Hungaria. Sedangkan dipihak, Kaisar Konstantinopel memasang rantai besi raksasa di bagian Golden Horn, tembok terlemahnya (tembok satu lapis) sehingga tidak memungkinkan kapal-kapal untuk melintas dan menyerang tembok. Sebelum berangkat ke medan perang, Sultan Mehmed menulis surat untuk istrinya dan melaksanakan shalat dan meminta restu pada isteri dan anaknya.

Pengepungan pertama yang dilakukan oleh Sultan Mehmed pada hari Jumat, 6 April 1453 M dengan membawa 250.000 prajurit. Sebelum melakukan penyerangan Sultan Mehmed memberikan pilihan kepada Kaisar Konstantinopel, apakah mau menyerah atau perang, Kaisar Konstantinopel dengan angkuhnya memilih perang. Peperangan pun tidak dapat dihindarkan, pada hari itu juga meriam Basilica pertama kali digunakan dan membuat celah pada tembok Konstantinopel. Namun celah tersebut berhasil ditutup oleh pasukan Konstantinopel. Peperangan hari pertama dimenangkan oleh Konstantinopel. Setelah 5 hari setelah penyerangan pertama Sultan Mehmed memerintahkan kepala penggali Mustapa untuk membuat terowongan. Namun hal tersebut ketahuan oleh pasukan Konstantinopel. Setelah 12 hari penyerangan pertama Sultan Mehmed memanggil Hasan untuk melakukan serangan kedua pada malam hari. Serangan ini juga gagal dan hampir membuat Hasan tewas dalam serangan ini.

Pada hari ke 40 ada 3 kapal bantuan untuk Konstantinopel berhasil melewati pertahanan pasukan Sultan Mehmed. Hal tersebut membuat Sultan Mehmed menjadi frustasi dan mengurung diri. Halil Pasha dan Ibrahim juga berencana ingin berkhianat dan kembali ke Edirne. Namun dia dikecam oleh Zaganos Pasha dan menyatakan bahwa Sultan Mehmed akan memenggal kepala Halil Pasha jika dia melaksanakan niatnya. Pasukan Sultan Mehmed juga merasa frustasi dan menganggap sultan mereka buta, tetapi Hasan datang dan marah kepada pasukannya yang mau berkhianat.

Di tengah kefrustasian Sultan Mehmed, datanglah gurunya Syaikh Agung Samsettin. Syaikh Samsettin mengajak Sultan Mehmed untuk mengunjungi makam Abu Ayyub Al-Ansyari r.a yang terletak dekat tembok Konstantinopel. Abu Ayyub pernah ikut serta dalam pengepungan Konstantinopel bersama pasukan islam. Beliau tidak pernah meninggalkan tempat tersebut hingga akhir hayatnya. Syaikh agung perpesan kepada Sultan Mehmed agar tidak menyerah, karena apabila Sultan Mehmed tidak melakukannya sekarang beliau tidak akan pernah bisa melakukannya lagi.

Setelah itu, Sultan Mehmed menemukan strategi yang sangat luar biasa. Pada malam hari Sultan Mehmed memerintahkan pasukannya menyeret kapalnya melewati jalan darat ke Teluk Golden Horn, tempat terlemah Konstantinopel. Strategi tersebut tidak pernah ketahuan oleh Konstantinopel sehingga membuat pasukan Konstantinopel panik.

Sebelum melakukan serangan secara besar-besaran. Pada malam harinya Sultan Mehmed berpidato memberi semangat kepada ribuan pasukannya yang tersisa. Salah satu kata-katanya dalam pidato tersebut “Kemulian hanya bisa di capai dengan Keyakinan”. Setelah pagi, pasukan Sultan Mehmed melakukan solat dhuha berjamaah yang dipimpin sendiri oleh Sultan. Setelah itu, kepala penggali Mustapa akhirnya berhasil meledakkan tembok Konstantinopel dengan cara meledakkan diri lewat terowongan yang mereka buat.

Akhirnya tembok Konstantinopel berhasil berhasil diruntuhkan sehingga pasukan Sultan Mehmed bebas menerobos masuk. Dalam kisah terjadi kisah heroik yang dilakukan oleh Hasan yang berhasil membunuh Guistiniani tentera elit Romawi yang membantu Konstantinopel. Disini juga terdapat adegan heroik Hasan yang berhasil mengibarkan bendera Ustmaniyah dengan anak panah ditubuhnya. Akhirnya Hasan tewas setelah mengibarkan bendera meninggalkan Era dan anaknya yang berada dalam kandungan. Kaisar Konstantinopel dikisahkan gugur dalam peperangan. Sejak saat itu wilayah Konstantinopel resmi diambil alih kembali oleh Muslim. Sultan pun memberikan kebebasan beragama kepada rakyat Konstantinopel.

Kekurangan & Kelebihan
Kekurangan
- Penggambaran sosok Sultan Mehmed yang tidak sesuai sejarah
- Tidak terjaganya aurat
- Sosok Hasan lebih ditonjolkan daripada Sultan Mehmed
- Penceritaan tokoh yang kurang lengkap
- Ada terdapat beberapa adegan core

Kelebihan
- Alur cerita di jalin sangat menarik
- Strategi Sultan Mehmed yang luar biasa
- Penggambaran situasi yang sangat realistis
- Nilai-nilai kepahlawanan dan keluhuran akhlaq Islam
- Banyaknya hikmah yang terkandung di dalam film tersebut

Penutup
Film tersebut layak ditonton oleh semua kalangan.  Jalan cerita berjalan seru, dan film ini memang benar-benar film-film Islam yang berkualitas. visual efek, dan musiknya sangat memuaskan (meski masih dibawah kelas Hollywood), film ini berhasil menghadirkan getaran-getaran hati, iman, dan feel jihad yang benar-benar terasa. Sebagai alternatif cerita heroik, yang sangat memiliki nilai kepahlawanan.

Materi M. Rizky Rusdianto (RESENSI)

A. Pengertian Resensi
Secara etimologi, resensi berasal dari bahasa latin, dari kata kerja revidere atau recensere yang memilik arti melihat kembali, menimbang atau menilai. Dalam bahasa Belanda dikenal dengan recensie sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonsia, resensi diartikan sebagai pertimbangan atau pembicaraan tentang buku dan sebagainya. Secara garis besar resensi diartikan sebagai kegiatan untuk mengulas atau menilai sebuah hasil karya baik itu berupa buku, novel, maupun film dengan cara memaparkan data-data, sinopsis, dan kritikan terhadap karya tersebut. 

B. Pengertian Resensi Menurut Pendapat Ahli
Berikut ini adalah pengertin resensi menurut pendapat para ahli:
1. WJS. Poerwadarminta (dalam Romli, 2003:75) mengemukakan bahwa resensi secara bahasa sebagai pertimbangan atau perbincangan tentang sebuah buku yang menilai kelebihan atau kekurangan buku tersebut, menarik-tidaknya tema dan isi buku, kritikan, dan memberi dorongan kepada halayak tentang perlu tidaknya buku tersebut dibaca dan dimiliki atau dibeli.
2. Menurut Panuti Sudjiman (1984) resensi adalah hasil pembahasan dan penilaian yang pendek tentang suatu karya tulis. Konteks ini memberi arti penilaian, mengungkap secara sekilas, membahas, atau mengkritik buku.
3. Saryono (1997:56) menjelaskan pengertian resensi sebagai sebuah tulisan berupa esay dan bukan merupakan bagian suatu ulasan yang lebih besar mengenai sebuah buku. Isinya adalah laporan, ulasan, dan pertimbangan baik-buruknya, kuat-lemahnya, bermanfaat-tidaknya, benar-salahnya, argumentatif-tidaknya buku tersebut. Tulisan tersebut didukung dengan ilustrasi buku yang diresensi, baik berupa foto buku atau foto copi sampul buku. 

C. Tujuan Resensi
Adapun penulisan resensi ditujukan dengan maksud sebagai berikut:
1. Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari sebuah buku atau hasil karya lainnya secara ringkas.
2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan buku yang diresensi.
3. Mengetahui latar belakang dan alasan buku tersebut diterbitkan.
4. Menguji kualitas buku dengan membandingkan terhadap karya dari penulis yang sama atau penulis lainnya.
5. Memberi masukan kepada penulis buku berupa kritik dan saran terhadap cara penulisan, isi, dan substansi buku 


D. Jenis-jenis Resensi
Secara garis besar resensi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Resensi Informatif, yaitu resensi yang hanya menyampaikan isi dari resensi secara singkat dan umum dari keseluruhan isi buku.
2. Resensi Deskriptif, yaitu resensi yang membahas secara detail pada tiap bagian atau babnya.
3. Resensi Kritis, yaitu resensi yang berbentuk ulasan detail dengan metodologi ilmu pengetahuan tertentu. Isi dari resensi biasanya kritis dan objektif dalam menilai isi buku.
Namun, ketiga jenis resensi di atas tidak baku karena bisa saja dalam sebuah resensi ketiganya diterapkan secara bersamaan. 

E. Unsur-unsur Resensi
Dalam membuat resensi, terdapat unsure-unsur yang harus dipenuhi agar resensi yang dibuat menjadi jelas dan berkualitas. Berikut ini adalah beberapa unsur yang harus ada dalam pembuatan resensi.
1. Judul resensi
Judul resensi harus memiliki keselarasan dengan isi resensi yang dibuat. Judul yang menarik juga akan memberi nilai lebih pada sebuah resensi.
2. Menyusun data buku
Penyusunan data buku dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Judul buku;
b. Pengarang;
c. Penerbit;
d. Tahun terbit beserta cetakannya;
e. Dimensi buku;
f. Harga buku;
3. Isi resensi buku
Isi resensi buku memuat tentang sinopsis, ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya, keunggulan dan kelemahan buku, rumusan kerangka buku dan penggunan bahasa.
4. Penutup resensi buku
Pada bagian penutup biasanya berisi alasan kenapa buku tersebut ditulis dan kepada siapa buku tersebut ditujukan. 





Unsur-unsur Resensi
Didalam sebuah resensi karya sastra terdapat dua macam unsur, yaitu:
  1. Unsur Intrinsik yaitu unsur yang membangun cerita karya sastra yang berasal dari dalam.
  2. Unsur Ekstrinsik yaitu unsur yang membangun cerita karya sastra yang berasal dari luar (kebalikan dari unsur intrinsik).
Unsur Intrinsik
  • Tokoh
Tokoh ialah Individu yang mengalami berbagai peristiwa didalam cerita. Jika dilihat dari peran tokoh dalam pengembangan plot dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh pembantu, sedangkan jika dilihat dari fungsi penampilan tokoh dapat pula dibedakan kedalam tokoh protagonis dan tokoh antagonis.
  1. Tokoh Protagonis ialah tokoh yang memiliki watak tertentu dalam segi kebenaran (baik hati, jujur, setia, dll)
  2. Tokoh Antagonis ialah tokoh yang memiliki watak bertentangan dengan tokoh protagonis.
  3. Tokoh Tritagonis ialah tokoh yang selalu menjadi penengah, dan sering dimunculkan sebagai tokoh/orang ketiga.
  4. Tokoh Pembantu/peran pembantu/figuran ialah tokoh yang membantu cerita tokoh utama, posisinya bisa sebagai seorang pahlawan ataupun sebagai penentang tokoh utama.
  • Penokohan/Perwatakan
Yang dimaksud dengan penokohan ialah penggambaran tentang watak tokoh dalam suatu cerita karya sastra. Ada 3 cara yang dapata dilakukan untuk menggambarkan watak tokoh dalam cerita karya sastra, yaitu:
  1. Campuran ialah penggambaran watak tokoh melalui penggabungan cara analitik dan dramatik dengan tujuan untuk saling melengkapi.
  2. Analitik cara ini dilakukan pengarang untuk menggambarkan watak tokoh secara langsung. Contok: Siapa yang tidak mengenal Didi yang pintar dan selalu ceria. Meskipun secara fisik terlihat pendek namun sosoknya yang ramah dan baik hati kepada teman-temannya membuat dirinya menjadi panutan.
  3. Dramatik ialah cara pengarang untuk menggambarkan tokoh utama secara tersurat, dengan kata lain tidak langsung. Penokohan cara ini bisa melalui penggambaran tempat tinggal, percakapan/dialog antar tokoh, fisik, tingkah laku, komentar tokoh lain terhadap tokoh tertentu dan jalan pikiran tokoh.
Dibawah ini contoh paragraf yang menggambarkan tokoh dengan cara dramatik:
Penggambaran Tokoh Melalui Jalan Pikiran Tokoh.
Contoh :
Tatkala aku masuk sekolah MULO, demikian fasih lidahku dalam Bahasa Belanda sehingga orang yang hanya mendengarkanku berbicara dan tidak melihat aku, mengira bahwa aku anak Belanda. Aku pun bertambah lama bertambah percaya pula bahwa aku anak Belanda, sungguh hari-hari ini makin ditebalkan pula oleh tingkah laku orang tuaku yang berupaya sepenuh daya menyesuaikan diri dengan langgam lenggok orang Belanda.
Penggambaran Tokoh Melalui Tingkah Laku/Perilaku Tokoh.
Contoh :
Di siang yang terik itu dia berjalan sendiri. Dengan gontai ia gendong tas itu. Sesekali terlihat bahwa ia menegur dan bahkan bertanya kepada orang yang dilaluinya. Setiap selesai ia bertanya, ia selalu menganggukkan kepalanya sebagai tanda terima kasih.
Penggambaran Tokoh Melalui Dialog Antar Tokoh.
Contoh :
“Kupukul kau kalau tidak mau mengaku. Dengan cara apa lagi aku mendapatkan pengakuanmu.” …………….
  • Tema
Tema ialah suatu unsur dalam karya sastra yang menjadi pokok masalah/pokok pikiran dari pengarang melalui karyanya (jalan cerita).
  • Plot / Alur
Plot atau alur ialah jalan cerita atau rangkaian peristiwa dari awal sampai akhir. Rangkaian peristiwa ini disusun berdasarkan hukum kausalitas (hubungan yang menunjukkan sebab-akibat). Berdasarkan hubungan tersebut setiap cerita memiliki plot/alur cerita sebagai berikut :
  1. Tahapan perkenalan ialah tahap dimana permulaan suatu cerita dimulai dengan suatu kejadian, tetapi belum ada ketegangan. Di tahap ini berisi pengenalan tokoh, reaksi antar pelaku, penggambaran fisik dan penggambaran tempat).
  2. Menuju ketahap pertikaian ialah tahap dimana terjadinya pertentangan antar pelaku (awal mula pertentangan selanjutnya). Konflik dapat dibagi menjadi 2, yaitu: a). Konflik Internal ialah konflik yang terjadi dalam diri sang tokoh. b). Konflik Eksternal ialah konflik yang terjadi dari luar diri tokoh (konflik tokoh dengan tokoh, tokoh dengan lingkungan, tokoh dengan tuhan, dll).
  3. Komplikasi/tahap penanjakan konflik, ketegangan dirasakan mulai semakin berkembang dan rumit terjadi pada tahap ini (nasib pelaku semakin sulit diduga).
  4. Klimaks merupakan ketegangan yang semakin memuncak (perubahan nasib pelaku sudah mulai dapat diduga, kadang pula tidak terbukti pada akhir cerita).
  5. Penyelesaian, tahap akhir cerita pada bagian ini terdapat penjelasan mengenai nasib-nasib yang dialami para tokoh dalam cerita setelah mengalami konflik dalam cerita. Beberapa cerita terkadang menyerahkan penyelasaian kepada pembaca, sehingga akhir cerita seperti ini tak ada penyelesaian atau menggantung.
Plot dapat dibedakan menjadi dua macam jika dilihat dari segi keeratan hubungan antar peristiwa, yaitu:
  1. Plot Erat yaitu sebuah cerita yang memiliki plot erat jika hubungan antar peristiwa terjalin dengan rapat, sehingga tak ada satu peristiwa pun yang dapat dihilangkan.
  2. Plot Longgar yaitu jika hubungan antar peristiwa terjalin kurang erat dan jika ada salah satu jalan cerita yang dihilangkan maka penghilangan jalan cerita tersebut tidak akan mengganggu jalan cerita.
Berdasarkan jalan cerita plot dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
  1. Plot Ledakan yaitu plot yang akhir ceritanya mengejutkan dan tak terduga-duga.
  2. Plot Lembut yaitu plot yang akhir ceritanya berakhir tanpa adanya kejutan.
  3. Plot Campuran yaitu plot yang akhir cerita menggabungkan kedua plot sebelumnya (ledakan & lembbut).
Berdasarkan rangkaian peristiwanya plot dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
  1. Plot Maju, yaitu rangkaian peristiwa yang diceritakan mulai dari awal hingga akhir cerita.
  2. Plot Mundur/sorot balik/flash back, yaitu peristiwa-perisiwa yang menjadi bagian penutup diutarakan terlebih dahulu, baru menceritakan peristiwa-peristiwa pokok sebagai kenangan/masa lalau sang tokoh.
  3. Plot Campuran, yaitu peristiwa-peristiwa pokok diceritakan diawal lalu dilanjutkan dengan menceritakan peristiwa-peristiwa lama/ masa lalu tokoh sebagai sebuah kenangan, dan diakhiri dengan peristiwa-peristiwa pokok(masa kini).
Plot yang dilihat dari segi sifatnya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
  1. Plot Terbuka, yaitu akhir cerita yang dapat merangsang pembaca untuk mengembangkan jalan cerita.
  2. Plot Tertutup, yaitu akhir cerita yang tidak dapat merangsang pembaca untuk mengembangkan jalan cerita.
  3. Plot Campuran, yaitu penggabungan antara plot terbuka dan plot tertutup.
  • Gaya Bahasa
Gaya bahasa ialah cara pengarang dalam mengungkapkan ide/gagasan melalui cerita.
  • Sudut Pandang/Point Of View
Sudut pandang ialah posisi pengarang dalam sebuah cerita atau karya sastra. Posisi pengarang ini terbagi menjadi 2, yaitu:
  1. Pengarang berperan langsung sebagai tokoh utama.
  2. Pengarang hanya sebagai orang ketiga yang posisinya sebagai pengamat.
  • Amanat
Amanat ialah pesan/kesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui jalan cerita. Pesan dalam karya sastra bisa berupa, kritik, saran, harapan, usul, dll.
  • Latar/Setting
Latar ialah tempat dimana terjadinya kejadian/peristiwa dan waktu terjadinya sebuah peristiwa, latar juga menjelaskan segala keterangan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dakam plot cerita. Latar terbagi lagi menjadi beberapa unsur seperti dibawah ini:
  1. Latar Tempat ialah latar yang mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa dalam novel. Contoh: Kota, Pedesaan, dll.
  2. Latar Waktu ialah latar yang berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa. Contoh: masa kini, masa lalu, dll.
  3. Latar Sosial ialah latar yang mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat. Contoh: Kesederhanaan, keramahan, dll.
Di dalam karya sastra, latar berfungsi sebagai:
  1. Atmosfer atau Suasana merupakan latar yang lebih mudah dibicarakan daripada didefinisikan. Latar ini semacam aura rasa dan emosi yang ditimbulkan penulis melalui tulisannya, agar membantu terciptanya ekspektasi pembaca.
  2. Latar Tempat sebagai Elemen Dominan, latar tempat memiliki peran penting dalam karya sastra. Latar tempat menjadi unsur netral atau spiritual dalam sebuah tempat tertentu. Termasuk dalam fiksi jenis ini: Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang berbicara tentang Belitong pada zaman Orde Baru.
  3. Latar Waktu sebagai Elemen Dominan, dalam karya sastra ada yang menggunakan elemen waktu sebagai unsur yang dominan. Fungsi latar ini terjadi terutama pada karya sastra yang berlatar sejarah. Tidak hanya waktu yang menjadi unsur utama yang terlibat. Ada unsur-unsur nilai dalam waktu, misalnya unsur nilai dalam masa kemerdekaan, masa Orde Baru, dsb.
  4. Metafora, artinya jika latar spiritual ialah unsur latar yang secara spiritual memberi efek nilai pada karya sastra, maka fungsi latar ini adalah fungsi eksternal yang tidak secara langsung (eksplisit) berpengaruh pada cerita. Sebagai metafora, latar menghadirkan suasana yang secara tidak langsung menggambarkan nasib tokoh.
Contoh:
Pohon-pohon kelapa itu tumbuh di tanah lereng di antara pepohonan lain yang rapat dan rimbun. Kemiringan lereng membuat pemandangan seberang lembah itu seperti lukisan alam gaya klasik Bali yang terpapar di dinding langit. Selain pohon kelapa yang memberi kesan lembut, batang sengon yang lurus dan langsing menjadi garis-garis tegak berwarna putih dan kuat. Ada beberapa pohon aren dengan daun mudanya yang mulai mekar; kuning dan segar. Ada pucuk pohon jengkol yang berwarna coklat kemerahan, ada bunga bungur yang ungu berdekatan dengan pohon dadap dengan kembangnya yang benar-benar merah. Dan batang-batang jambe rowe, sejenis pinang dengan buahnya yang bulat dan lebih besar, memberi kesan purba pada lukisan yang terpajang di sana. Dalam sapuan hujan panorama di seberang lembah itu terlihat agak samar. Namun cuaca pada musim pancaroba sering kali mendadak berubah. Lihatlah, sementara hujan tetap turun dan angin makin kencang bertiup tiba-tiba awan tersibak dan sinar matahari langsung menerpa dari barat. Pohon-pohon kelapa digambarkan dengan indah dalam sebuah ekosistem yang padu. Namun kemudian digambarkan dalam suasana yang mengerikan dengan keadaan yang tidak menentu. Sekilas latar ini hanya latar netral yang tidak melambangkan apa-apa. Kemudian diketahui bahwa tokoh utama Lasi yang hidupnya bahagia dalam kesederhanaan mulai masuk dalam ketidakpastian setelah kecelakaan yang menimpa Darsa.
Unsur Ekstrinsik
  • Latar belakang kehidupan pengarang.
  • Pandangan hidup pengarang.
  • Situasi sosial, Budaya yang melatarbelakangi lahirnya karya sastra tersebut.
Beberapa Hal yang Terdapat Dalam Resensi
Dibawah ini terdapat beberapa hal yang terdapat di dalam sebuah resensi karya sastra :
  1. Judul Resensi
  2. Data/Identitas Karya Sastra
  3. Isi Resensi
  4. Kekurangan & Kelebihan
  5. Penutup
Terdapat perbedaan saat pemuatan data/identitas karya sastra yang diresensi, seperti pada resensi buku data yang tercantum ialah seperti berikut ini: judul buku, penulis & penerjemah (jika buku itu berupa terjemahan dari bahasa asing), nama penerbit, cetakan, tahun terbit, tebal buku & jumlah halaman. Pada drama/film maka data untuk resensinya adalah berupa: judul drama/film, penulis, sutradara, genre, pemain, penyunting & penerjemah, tahun terbit, penerbit.
Contoh Resensi Buku Fiksi Indonesia
  • Identitas Buku
Judul  : ATHEIS
Pengarang  : Achdiat K. Mihardja
Penerbit  : Balai Pustaka
Tahun terbit  : cetakan pertama 1949
Tebal halaman : 232 halaman
Ukuran buku  : 13,5 x 20 cm
ISBN  : BP - 0080
Harga  : Rp 45.000,00
  • Tema
Cerita tentang kegoncangan jiwa seorang pemuda yang sebelumnya sangat taat beragama, namun karena keluguannya, ia terpengaruh pemikiran kaum materialistis atau falsafah kebendaan sehingga ia kehilangan keyakinan akan ketuhanan dan ia mulai rneninggalkan norma-norma agama.
  • Pembukaan
Atheis adalah buku novel karya Achdiat Karta Mihardja tahun 1949 yang menceritakan tentang perjalanan hidup seseorang, dimana dari kecil dididik menjadi anak yang saleh. Tetapi ketika ia menginjak usia pertengahannya, karena jauh dari orang tuanya, dia mengalami kemerosotan. Akibatnya dia menjadi seperti orang atheis yang lupa segalagalanya. Semua itu berawal dari pertemuannya dengan seorang gadis yang kemudian menjadikan hatinya yang keras dan saleh itu, menjadi berhati lemah dan lupa segala-galanya. Achdiat Karta Mihardja (lahir di Cibatu, Garut, Jawa Barat, 6 Maret 1911). Berpendidikan AMS-A Solo dan Fakultas Sastra dan Filsafat UI. beliau pernah bekerja sebagai guru Taman Siswa, redaktur Balai Pustaka, Kepala Jawatan Kebudayaan Perwakilan Jakarta Raya, dosen Fakultas Sastra UI (1956-1961), dan sejak 1961 hingga pensiun dosen kesusastraan Indonesia pada Australian National University, Canberra, Australia. Achdiat juga pernah menjadi redaktur harian Bintang Timur dan majalah Gelombang Zaman (Garut), Spektra, Pujangga Baru, Konfrontasi, dan Indonesia. Di samping itu, beliau pernah menjadi Ketua PEN Club Indonesia, Wakil Ketua Organisasi Pengarang Indonesia, anggota BMKN, angggota Partai Sosialis Indonesia, dan wakil Indonesia dalam Kongres PEN Club Internasional di Lausanne, Swiss (1951). Kumpulan cerpennya, Keretakan dan Ketegangan (1956) mendapat Hadiah Sastra BMKN tahun 1957 dan novelnya, Atheis (1949) memperoleh Hadiah Tahunan Pemerintah RI tahun 1969 (R.J. Maguire menerjemahkan novel ini ke bahasa Inggris tahun 1972) dan Sjuman Djaya mengangkatnya pula ke layar perak tahun 1974) dengan judul yang sama.
  • Isi
Hasan adalah seorang pemeluk Islam yang taat beribadah, begitu juga dengan orang tuanya adalah pemeluk Islam yang fanatic. Oleh orang tuanya Hasan disekolahkan di MULO. Di sekolah itu dia bertemu dengan seorang gadis cantik yang bernama Rukmini. Hubungan keduanya semakin akrab hingga akhirnya mereka saling jatuh cinta. Rupanya kisah cinta mereka tidak bisa berlangsung lama, oleh orang tuanya, Rukmini disuruh kembali ke Jakarta karena akan dipinang oleh seorang saudagar kaya. Karena Rukmini adalah anak yang berbakti pada orang tuanya, sudah sepantasnya membahagiakan keduanya, ia lalu menuruti nasihat orang tuanya dengan menerima pinangan saudagar kaya tersebut meski pernikahan itu tidak disertai rasa cinta.
Kejadian itu membuat hati Hasan hancur. Ia menjadi frustasi, untuk menghilangkan bayangan Rukmini dari hidupnya, ia mengikuti aliran tarekat seperti yang telah lama dianut orang tuanya. Walaupun dalam masa sulit, Hasan tdak meninggalkan ajaran agama, bahkan ia semakin taat beribadah, tetapi kehidupanya berubah ketika dia bertemu teman lamanya, yaitu Rusli. Rusli datang bersama seorang wanita cantik bernama Kartini. Ia adalah perempuan modern dan pergaulanya bebas. Ia juga seorang janda. Ternyata sejak perjumpaan itu, Hasan menaruh hati pada Kartini, alasanya Kartini memiliki karakter yang hampir sama dengan Rukmini. Semenjak Hasan mencintai Kartini, dia pun juga bergaul dengan teman-teman Kartini. Karena memiliki dasar agama yang kuat. Hasan mencoba untuk menyadarkan Kartini dan Rusli dengan memberikan ceramah-ceramahnya, tetapi karena Rusli juga pandai bicara.
Kemudian dialah yang berbalik menasihati Rusli. Tanpa disadari, pemikiran-pemikiran Rusli ternyata melekat di kepala Hasan. Mulanya, Hasan tidak terpengaruh. Namun keyakinanya mulai goyah ketika dia dikenalkan dengan seorang yang tidak percaya Tuhan, yaitu Anwar. Pengetahuan Anwar tentang ketuhanan begitu luas. Sejak saat itulah pemahaman Hasan tentang agama mulai berubah. Ia mulai meragukan keberadaan Tuhan. Hasan semakin tersesat dari agama, pergaulanya semakin bebas. Ia kemudian menikahi Kartini, tetapi pernikahan itu tidak diakui secara Islam karena tidak sesuai dengan syariatnya. Pernikahan mereka didasarkan atas rasa suka sama suka. Pernikahan mereka ternyata tidak bahagia, kehidupan rumah tangga mereka berantakan. Pergaulan Kartini semakin bebas. Lama-kelamaan Hasan cemburu karena hubungan Kartini dengan Anwar semakin dekat. Hasan menganggap Kartini telah selingkuh, tetapi kejadian itu telah menyadarkan kembali Hasan tentang agama. Ia menyesal dan merasa berdosa atas apa yang telah diperbuat. Pergaulan bebasnya dengan teman-teman yang tidak percaya Tuhan membuatnya tersesat dan ragu dengan keberadaan Tuhan.
Hasan memutuskan bercerai dengan Kartini dan ia pun pulang ke kampung halamana. Ia ingin meminta maaf pada ayahnya. Sesampainya di kampung, ia menjumpai ayahnya sedang sakit keras. Ternyata ayahnya tidak mau memaafkan Hasan, bahkan sampai maut menjemputnya, ayah Hasan tetap berada pada pendirianya. Hasan merasa bahwa semua itu terjadi karena perbuatan Anwar. Ia dendam pada Anwar dan berniat ingin membunuhnya. Suatu malam, ia berencana ingin membunuh Anwar, kemudian ia mencari Anwar. Karena pada waktu itu situasi sedang tidak aman, maka diberlakukan jam malam. Namun, naas menimpa Hasan, belum sempat ia membunuh Anwar, ia malah tertembak peluru di punggungnya, tetapi sebelum meninggal, ia masih sempat mengingat Allah dengan berkalikali menyebut asma-Nya.
  • Tokoh & Penokohan
  1. Hasan, seorang pemuda desa,yang awalnya sangat taat beragama. Namun, karena pengaruh pergaulan dengan orang-orang aliran materialisme, atau aliran kebendaan, dia mengalami goncangan jiwa. Keyakinannya terhadap Tuhan menjadi lemah.
  2. Rusli, salah seorang teman akrab Hasan. Dia beraliran materialisme sejati. Dialah yang sangat berperan dalam mempengaruhi pikiran-pikiran Hasan dalam hal filsafah kebendaan dan mempertanyakan keberadaan Tuhan.
  3. Orang tua Hasan , orang tua yang taat beragama. Mereka adalah pengikut suatu aliran tarekat tertentu.
  4. Rukmini , seorang gadis baik-baik yang sangat dicintai Hasan. Dia kemudian menikah dengan seorang saudagar dari Jakarta.
  5. Kartini , seorang perempuan khas kota besar yang modern, bergaul bebas. Dia kemudian menjadi kekasih Hasan.
  6. Anwar , seorang penganut aliran materialisme sejati. Dia sangat anarkis atau tidak percaya dengan keberadaan Tuhan. Dialah yang berhasil mempengaruhi pikiran Hasan.
  • Setting/Latar
Latar di pedesaan sangat mendukung karakter tokoh utamanya karena pada umumnya lingkungan di daerah pedesaan sangat penuh dengan nilai-nilai ajaran agama dan adatistiadatnya masih kental dengan nilai-nilai agama serta kepolosan orang desa yang mudah terpengaruh dan dibujuk terhadap sesuatu hal yang baru dicerminkan dengan sangat bagus oleh penulis pada tokoh Hasan.
  • Nilai-nilai Dalam Novel Atheis
  1. Nilai moral yang dapat kita ambil dari novel ini seperti yang diperlihatkan dalam tokoh Hasan. Dia adalah seorang anak yang sejak kecil telah belajar agama dan bersasal dari orang tua yang taat beribadah pula, tetapi setelah Rukmini meninggalkanya dia menjadi orang yang mengasingkan diri hingga pada akhirnya dia menemukan seseorang yang mempunyai karakter sama dengan Rukmini, yaitu Kartini. Mereka lalu menikah, tetapi dalam kehidupan rumah tangganya tidak pernah bahagia karena Kartini adalah orang yang bebas dan mempunyai pergaulan bebas. Sementara Hasan sudah terlanjur mengingkari ajaran agama dan tidak mengakui keberadaan Tuhan, tetapi dalam kejadian itu dia mulai sadar bahwa apa yang dilakukanya selama ini salah sehingga dia memutuskan untuk bercerai dengan Kartini dan pulang ke kampungnya untuk bertobat dan meminta maaf kepada ayahnya Kejadian tersebut mengajarkan pada kita bahwa kita harus pandai bergaul dengan orang lain dan jangan sampai kita salah pergaulan hingga pada akhirnya kita malah tersesat bahkan sampai mengingkari ajaran agama serta kita harus senantiasa berpegang teguh pada agama dan selalu meyakini dengan keberadaan Tuhan Semesta Alam. Nilai moral yang kedua adalah hendaknya kita mau memafkan kesalahan orang lain yang sudah bertobat. Jangan seperti tokoh ayah Hasan yang tidak mau memafkan kesalahan anaknya bahkan sampai ajal menjemputnya Manusia adalah tempat salah dan lupa. Setiap manusia pasti mempunyai kesalahan, tetapi suatu saat juga akan kembali ke jalan yang benar. Jika Tuhan saja maha pengampun, pengasih, dan penyayang, mengapa manusia tidak bisa, apalagi demi memaafkan anaknya sendiri.
  2. Novel ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan sastra Indonesia, karena kedudukanya dalam sastra Indonesia sangat penting, maka studi tentang penelitian novel ini masih sering dilakukan oleh para sarjana maupun peneliti, baik dalam bentuk buku, skripsi, artikel, dan bentuk karya yang lain.
  • Kelebihan & Kekurangan
Kelebihan :
1.      Bahasa yang digunakan dalam novel ini mudah dipahami dan dimengerti oleh pembaca.
2.      Novel ini menggunakan tiga sudut pandang sekaligus yang jarang dilakukan oleh penulis lainnya.
3.      Keseluruhan unsur tersebut sangat mendukung tema dan alur penceritaan tentang kepercayaan dan kesadaran diri tentang agama
Kekurangan :
1.      Terlalu mahal untuk Novel seukuran seperti itu.
2.      Bukunya sudah tidak terbit lagi, dan sekarang bukunya pun sangatlah tua jika itu ada.
  • Penutup
Novel Atheis Karya Achdiat Karta Mihardja, bila dilihat dari segi manfaatnya isi novel memang sangatlah bagus. Cerita - cerita yang religius dan mendidik akan menambah kekhasan dari buku ini. Namun Novel ini mungkin sudah tidak ada keberadaannya, sulit mencari karena sudah sangat lama.

Minggu, 01 Juni 2014

Materi Badaruddin (KALIMAT EFEKTIF)

A.   PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif  adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.

B.   UNSUR-UNSUR  KALIMAT EFEKTIF
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.

1.      Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai berikut ini:
a.       Ayahku  sedang melukis.
b.      Meja direktur besar.
c.       Yang berbaju batik dosen saya.
d.      Berjalan kaki menyehatkan badan.
e.       Membangun jalan layang sangat mahal.

Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi oleh kata dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).

Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk pada benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki tentulah orang (benda). Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang tidak lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c) sampai (e), yaitu orang pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e).
Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata tanya siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S.

Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.
a.          Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
b.         Di sini melayani obat generic.
c.          Memandikan adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.

2.      Predikat (P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut:
a.    Kuda meringkik.
b.    Ibu sedang tidur siang.
c.    Putrinya cantik jelita.
d.   Kota Jakarta dalam keadaan aman.
e.    Kucingku belang tiga.
f.     Robby mahasiswa baru.
g.    Rumah Pak Hartawan lima.

Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. kata meringkik pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada kalimat (b) memberitahukan melakukan apa ibu, cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f) memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah rumah Pak Hartawan.

Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.
a.       Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
b.      Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.
c.       Bandung yang terkenal kota kembang.

Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu diawali dengan huruf  kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.

3.      Objek (O)
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pad contoh di bawah ini.
a.       Nurul menimang …
b.      Arsitek merancang …
c.       Juru masak menggoreng …

Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek.
Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak, pulang yang menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.
a.       Nenek mandi.
b.      Komputerku rusak.
c.       Tamunya pulang.

Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan.
a.      
1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)
2)   Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.

b.    
1) Orang itu menipu adik saya (O)
2)   Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.

4.      Pelengkap (pel)
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:
a.       Ketua MPR membacakan Pancasila.
       S                  P             O
b.      Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.
            S                    P            Pel

Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi  oleh nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai berikut:
Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.
        S                     P               O
       

Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.
       
Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa preposisional.

Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.
a.       Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
b.      Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
c.       Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
d.      Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
e.       Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.

5.      Keterangan (ket)
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau klausa.
       
Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat. Para ahli membagi keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 1998:366) yaitu seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.


JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA
No. Jenis keterangan Posisi/penghubung Contoh pemakaian
1. Tempat Di
Ke
Dari
Pada Di kamar, di kota
Ke Surabaya, ke rumahnya
Dari Manado, dari sawah
Pada permukaan

2. Waktu -
Pada
Dalam
Se-
Sebelum
Sesudah
Selama
sepanjang Sekarang, kemarin
Pada pukul 5 hari ini
Dalam 2 hari ini
Sepulang kantor
Sebelum mandi
Sesudah makan
Selama bekerja
Sepanjang perjalanan

3. Alat dengan Dengan pisau, dengan mobil

4. Tujuan Supaya/agar
Untuk
Bagi
Demi Supaya/agar kamu faham
Untuk kemerdekaan
Bagi masa depan
Demi orang tuamu

5. Cara Secara
Dengan cara
Dengan jalan Secara hati-hati
Dengan cara damai
Dengan jalan berunding

6. Kesalingan - Satu sama lain

7. Similatif Seperti
Bagaikan
Laksana Seperti angin
Bagaikan seorang dewi
Laksana bintang di langit

8. Penyebab Karena
Sebab Karena perempuan itu
Sebab kegagalannya

9. Penyerta Dengan
Bersama
Beserta Dengan adiknya
Bersama orang tuanya
Beserta saudaranya

C.   CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF
Untuk dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi paling tidak enam syarat berikut, yaitu adanya:
1)      Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.

Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:

Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
       Tidak terdapat subjek yang ganda.
Contoh:
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.
       Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
a.       Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b.      Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut:
a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.
       Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.

2)      Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
a.       Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b.      Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut:
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

3)      Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
       Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
       Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
       Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
       Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
       Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.

4)      Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
       Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
Perhatikan contoh:
Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
       Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
Perhatikan contoh:
a.       Ia memakai baju warna merah.
b.      Di mana engkau menangkap burung pipit itu?
Kata merah sudah mencakupi kata warna.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Kalimat itu dapat diubah menjadi
a. Ia memakai baju merah.
b. Di mana engkau menangkap pipit itu?
       Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
a.       Dia hanya membawa badannya saja.
b.      Sejak dari pagi dia bermenung.
Kata naik bersinonim dengan ke atas.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi
a.      Dia hanya membawa badannya.
b.      Sejak pagi dia bermenung.
       Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Misalnya:
Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang
bentuk baku : para tamu, beberapa orang.

5)      Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda.
Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
a.       Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
b.      Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat (a) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.

Perhatikan kalimat berikut.
•         Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.


6)      Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
a.       Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab

b.      Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
Contoh:
Surat itu saya sudah baca.
Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.

c.       Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang
antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini :
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.

7)      Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.

D.   SYARAT-SYARAT KALIMAT EFEKTIF
Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:
1.    Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2.   Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.

E.   STRUKTUR KALIMAT EFEKTIF
Struktur kalimat efektif  haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki kesatuan bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan arti. Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk dan sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau kacau, tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang salah.
Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap unsur yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus diurutkan berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, aalagi bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu.
Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:
1.    Buat Papa menulis surat saya.
2.    Surat saya menulis buat Papa.
3.    Menuis saya surat buat Papa.
4.    Papa saya buat menulis surat.
5.    Saya Papa buat menulis surat.
6.    Buat Papa surat saya menulis.
Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat kesalahan. Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat) tidak jelas fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang lain tidak jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah ditentukan oleh pemakai bahasa.